Rabu, 30 Maret 2011

STORY ABOUT “CHRIS”


Ini adalah kisah kedua dari kisah-kisah tentang pengalamanku dengan murid-muridku semasa mengajar. Kali ini aku akan bercerita tentang seorang anak laki-laki yang juga sekelas dengan gita (anak yg kuceritakan pada kisah sebelumnya). Sebut saja namanya Chris, seorang anak keturunan Flores dan beragama Kristen, dia menganut agama ayahnya, sementara ibunya beragama islam. Perawakannya kurus, agak tinggi dan kulitnya kehitam-hitaman, aku selalu bilang padanya, untuk suku flores, dia termasuk anak yang tampan…hehe,maklum sekolahku lumayan banyak anak yang berasal dari sana, tapi dia keliatan agak berbeda, dia selalu berkata padaku kalau dulu kulitnya lumayan putih tapi karena harus berjalan kaki ke sekolah saat SMP dengan jarak yang lumayan jauh, maka lama-kelamaan kulitnya berubah hitam, dan akupun meresponnya dengan tertawa, jujur aku ga begitu percaya….hahahaha. anak ini termasuk siswa yang cerdas, untuk bidang matematika dan fisika dia lumayan menonjol, juga mata pelajaranku bahasa Inggris. Ia juga lumayan dekat denganku, mungkin karena dia sangat komunikatif dan selalu mengajakku ngobrol. Ia bahkan pernah datang kerumahku dan ngobrol begitu lama, hampir saja ia kuusir…hehehe. Anaknya cuek dalam penampilan, bicaranya ceplas-ceplos dan kadang kasar, beberapa kali aku harus menahan kesal karena ia selalu memotong pembicaraanku saat menerangkan, tapi jujur aku menyukainya, ia termasuk siswa yang cukup menarik perhatianku.


Suatu hari bendahara sekolah memanggilku dan memintaku membagikan surat tagihan biaya sekolah pada anak-anak waliku yang belum membayar, salah satunya Chris, saat itu dia belum membayar uang sekolah selama 3 bulan, bila kutanyakan kenapa, dia selalu menjawab orang tuanya ada di luar kota dan belum mengiriminya uang, dan bila kutanya dengan siapa dia tinggal, dia berkata dengan tantenya. Aku berusaha memakluminya, mungkin memang orang tuanya belum mengiriminya uang. Waktu pun berjalan, bulan demi bulan terlewati dan tak terasa sudah 8 bulan dia menunggak uang sekolah, aku mulai resah, bendahara pun selalu mendesakku agar menagihnya, tapi bila kutanya dia selalu menjawab dengan alasan yang sama. Aku mulai curiga, kupanggil dia baik-baik dan meminta agar walinya datang menemuiku disekolah, tapi tak digubrisnya juga, lalu kularang dia masuk kelas sampai ada keluarganya datang, ia pun tetap bandel, akhirnya suatu hari kuusir dia dari kelas, bukan karena dia belum bayar, tapi karena penasaran mengapa orang tua atau walinya tak pernah datang, akupun berpikir buruk, jangan-jangan uang kirimannya ia belanjakan…entahlah.


Aku pun tak tinggal diam, kucari info dari teman-teman sekelasnya, dan aku sungguh terkejut mengetahui kalau sebenarnya orang tuanya ada di Makassar bukan luar kota, dan lebih terkejut lagi saat aku tahu kalau uang sekolahnya sering ia habiskan di tempat bilyar tak jauh dari sekolahku…huufff, aku betul-betul kesal, selama 8 bulan ia membohongiku, keterlaluan! Bersama seorang siswa aku mendatangi rumahnya, dan yang kutemui seorang ibu yang berperawakan kurus dan seorang anak kecil, Chris dan ayahnya tak ada di rumah. Aku lalu memperkenalkan diri sebagai wali dari Chris, anaknya. Ibunya agak kaget dan mempersilahkanku masuk, akupun lalu menjelaskan pokok permasalahannya dari a hingga z, dan respon ibunya begitu terkejut, dia bahkan menangis akupun ikut sedih. Ibunya lalu mengambil kartu tanda pembayaran sekolahnya, dan tertera sdh membayar sampai 6 bulan, aku perhatikan dengan seksama, tanda tangan bendahara rupanya telah dipalsukan oleh Chris. Ibunya lalu memintaku menunggui suaminya, dan menjelaskan persoalannya. Aku setuju, tapi sambil menunggu bapaknya aku kembali ke sekolah dan menemui bendahara dan menanyakan berapa jumlah yang harus orang tuanya bayar.


Aku lalu kembali ke rumah Chris, waktu sdh menunjukkan jam 5.30 sore, sdh hampir maghrib. Saat tiba disana kulihat bapaknya telah datang dan wajahnya penuh kemarahan dan tubuhnya bergetar, Chris rupanya telah pulang juga, aku masuk, dan kudengar suara Chris dari balik dinding berteriak mengusirku, ayahnya balas meneriakinya dan menyuruhnya diam, ibunya menangis sambil ikut memarahi Chris. Aku mulai khawatir, aku takut Chris dipukuli ayahnya…bisa runyam. Lalu kucoba menenangkan mereka, dan mengajaknya mencari solusi atas masalah tersebut, bagaimanapun semua telah terjadi, untunglah suasana kembali tenang. Aku lalu menyerahkan catatan jumlah pembayaran sekolah yang telah Chris belanjakan, dan meminta bapaknya datang ke sekolah. Bapaknya lalu memohon agar dia bisa menyicil biaya tersebut, jujur aku hatiku begitu nelangsa mendengarnya, ayahnya hanyalah seorang pekerja pabrik dan begitu sulit mengumpulkan uang, dan Chris hanya menghabiskannya dalam waktu singkat. dan akupun mengiyakan, “biar saya yang bicara ke pihak sekolah, bapak berusaha saja dulu…”, kataku bapaknya pun meminta maaf padaku, dan berterima kasih. Bisa kubayangkan kalau aku tak datang ke rumahnya, berapa banyak uang yang akan Chris habiskan dengan sia-sia. Sejak saat itu, ayahnya langsung membayarkan uang ke sekolah, hingga saat ini.


Setelah kejadian itu, aku khawatir Chris akan membenciku karena telah datang ke rumahnya. Tapi tidak juga, ia memang jarang bicara padaku, tapi ia semakin rajin ke sekolah dan menjadi agak pendiam, akupun berusaha bersikap biasa, kejadian itu aku tutup rapat dari teman-temannya dan tak pernah kusingggung saat mengajar. Seiring waktu Chris kembali ceria seperti biasa dan mulai akrab denganku, bahkan ia termasuk siswa yang pro aktif padaku, kadang-kadang saat mengajar ia pura-pura bertanya padaku, padahal ia hanya ingin bilang “bu, aku sayang sama ibu:…dan akupun tertawa, dasar! Belakangan ia bercerita padaku, setelah kejadian itu ia banyak merenungi perbuatannya dan menyesali perbuatannya, ia kasihan pada bapaknya yang berjuang membiayainya, tapi dibalas dengan perbuatan merugikan, sejak saat itu ia katanya bertekad akan berubah dan belajar baik-baik, dan terbukti Chris hampir tak punya alpa, dan prestasinya meningkat.


Kisahku dengan Chris adalah pengalaman yang sangat berharga dan tak akan kulupakan. Diakhir catatan ini, aku hanya ingin berpesan padanya: “Chris, kamu anak yang cerdas dan berbakat, Kamu juga salah satu siswa kesayangan ibu……berjuanglah terus nak, kamu anak pertama tentu ayah ibumu sangat berharap padamu, ibu akan selalu mendoakan agar kamu sukses dan mewujudkan keinginanmu menyumbang materi ke sekolah kita tercinta bila suatu saat Tuhan menakdirkanmu menjadi orang kaya….ingat kan keinginanmu itu, hehe. (thanks telah mengijinkan ibu mengurai kisahmu)

0 komentar:

Posting Komentar