Jumat, 10 Februari 2012

Tak Ada Puisi



Aku ingin menulis puisi tentangmu

Lewat bait-bait kata manis memadu

Yang kupilih dari desah igau hatiku

Puisi ini tentang cinta merayu

Tapi bukan laksana kumbang penghisap madu

Ia buaian kata indah memukau namun palsu


Tapi, aku tak sanggup menorehkan kata

Tetes-tetes tinta pun mulai mengering di ujung pena

Mungkin ada yang salah,debar tak juga menyapa

Relung rasaku hambar, kosong terhampar hampa

Padahal pesona manja meraja, membayangi kita yang mesra

Aku tertawan rindu tak rinai dipancaran pelupuk mata


Semakin kelam, akupun lelah merayu pena agar gemulai

Merangkai huruf mewujud kata puitis bermantra sakti

Namun rona wajahmu tak juga tersentuh imajinasi

Aku mulai panik, gelisah semakin menyeruak pasti

Kertas perlahan buram dalam bingkai kenangan usai

Aku terbelenggu diam,entahlah aku tak mengerti

sebab puisiku butuh inspirasi dan kau tak tersentuh imajinasi


Makassar, 02022012

Jumat, 23 Desember 2011

Pergilah...."NeSTaPa"



Nestapa tak bertepi

Cukup lama mengoyak pusaran hati

Begitu kelu mencumbu selaksa hari

Hingga rona pilu menembus guratan pori

Aku pun jengah merayap dalam lirihan sepi


Karena itu…..

Kuhempaskan ia dalam peti beribu pintu

Lalu kuncinya kupalu bertalu-talu

Hingga lebur tak berbentuk rupa…kaku

Tak hanya itu

Kupunguti butir-butir tersisa bisu

Dan kuterbangkan, berharap angin menghalau biru


Cukup sudah membahas duka

Karena “hujan” telah tiba

Menebar senyum di balik senja

Dendangkan melodi indah berbalut pesona

Teduhkan resah, tepikan lara

Ia bagai hembusan angin surga

Menari-nari, perlahan enyahkan nestapa


Tolong….

Bisakah kita tak lagi mengungkit nestapa mengerang

Biarkan “hujan” merinai, basahi jiwa kerontang

Agar tak ada lagi derita meradang

Juga kisah kelabu tak perlu mengukir panjang

Jumat, 14 Oktober 2011

Tutup Kisah "Embun" .....(Puisi terakhir tentangmu)

Kusebut kau embun

Karena pesonamu sejuk melaun

Bagai melodi merdu mengalun

Tentangmu…rindu bertalu dalam lamun

Mencipta kata nan syahdu pada bait terlantun

Hingga bibir merapal mantra menguntai selarik pantun


Begitu ingin kudekap embun

Menawannya dalam cangkang sekat gulana

Ingin kujadikan perona pagiku

Tanpa lirikan desah angin

Tanpa deburan ombak dingin

Aku justru tertawan ego dalam bilik sunyi

Melukis rona kelam dalam sketsa wajah muram


Kini tinta kehidupan telah menorehkan tetesan akhir

Pada kisah buram dalam lembaran nyata

Ia menghantam gejolak rasa, memburai derap mimpi

Sadarkan aku bahwa cerita telah terurai pasti


Pagi tetaplah tersentuh embun

Tapi pagi tak lagi milikku

Karena embun tak lagi merayu


September Kelabu.......



Bangunkan aku

Bila September telah pergi

Sebab ia tak lagi ceria

Hanya balutkan luka

Perih menggores bayang nestapa

Kisahnya mengurai kenangan pilu

Tentang dia dan juga goresan takdir

Yang tajam menampar asa

Tinggalkan jejak-jejak basah di sudut mata


Bangunkan aku

Bila Desember telah tiba

Kuharap ia tak lagi kelabu

Hngga tak ada lagi lukisan

Siluet rona temaram kelam

Juga alunan tembang pilu merasuk


Karena aku begitu lelah

Memetik dawai melodi suram

Dalam bait-bait laguku