Rabu, 30 Juni 2010

"My Name Is Malahayati"


Saat membaca judul dari catatan saya ini, mungkin anda teringat dengan sebuah judul film bollywood yg cukup terkenal beberapa waktu yang lalu. Catatan ini sama sekali ga ada hubungannya dengan film tersebut, krn tanpa menyambungnya dengan kalimat “I’m not a terorist”, saya memang bukan teroris (emang siapa yg nanya…hahaha) dan catatan ini memang bukan membahas masalah tersebut. Catatan ini hanya sekedar keisengan saya saja, yg mungkin lagi BeTe dengan suasana,ga mood menulis proposal tesis (ga ada ide tepatnya…!) atau mgk karena ga ada kerjaan….tapi alasan nulisnya sebenarnya ga penting, tapi apa yg saya tulis itu yang mgk jadi fokusnya. Mau nulis puisi, saya bukan sastrawan handal, mau nulis yang sifatnya ilmiah, proposal saya aja ga beres-beres, saya lalu teringat kejadia-kejadian beberapa waktu yang lalu, saat seorang ibu Professor menegur saya dengan tersenyum sambil berkata:”Malahayati yah?nama rumah sakit kan?”…saya hanya tersenyum sambil berpikir,apa ada Rumah sakit yang namanya persis namaku…perasaan ga pernah bangun (hahahaha, ya iyalah!), lalu esok harinya seorang kawanku berkata” K’ Mala, ada lagunya Iwan Fals yg judulnya “Malahayati” (tepatnya perempuan keumala)” aku hanya berkata: “masa sih? Sambil mulai keGRan…hihihi. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya nama itu disebut-sebut dengan pujian, bukan hanya rumah sakit,universitas, pelabuhan dan bahkan salah satu nama kamar di asrama pondokku jg bernama Malahayati. Hingga detik sebelum memutuskan untuk mencoba menulis atau menceritakan ulang mgk, saya pribadi jujur saja tak banyak tau tentang sosok dibalik nama itu. Karena itulah, mengapa akhirnya saya menulis catatan ini, sekedar menambah referensi saya bila ditanya kenapa nama itu dipilihkan untuk saya dan untuk seluruh Malahayati dimanapun berada.

Sejujurnya saya sempat tidak suka dengan nama ini, tapi itu dulu sewaktu saya masih dibangku sekolah, karena belum tau siapa sebenarnya pemilik nama pertama dari “Malahayati”, bukan karena bentuk namanya, tapi arti dari nama itu seringkali saya temukan tidak begitu bagus. Saya ingat Ayah (alm) saya selalu bercerita sejarah pemberian nama saya, saat itu Beliau sedang mengikuti MTQ di Aceh, pada saat saya lahir beliau ditelpon kalau yg lahir seorang perempuan, saat itu pula beliau memberi tau ibu saya agar dinamakan “Malahayati” knp?karena saat itu beliau sedang melihat sebuah patung yg bertuliskan “Pahlawan Malahayati” mgk sembari berharap saya akan jadi seperti sosok dipatung itu, entah karena cerita kepahlawanannya yg bagus atau patungnya entahlah…(ayah, maaf bercanda…hehe!). Dulu ketika SD bila teman2ku tanya, namanya artinya apa, saya cm bilang nama pahlawan aceh, lalu mrk heran dan bertanya yg mana? Entahlah, sy jg tak pernah melihatnya. Beranjak SMP saya mencoba mencari nama saya di Kamus Bhs Indonesia, dan itulah yg membuat saya tak suka nama itu, karena kata “Mala” berarti bencana, celaka, sengsara, merana, penyakit, pokoknya ga ada yg bagus. Saat SMA dan kuliah kadang2 teman2 saya memanggil saya dengan ledekan Malapetaka, Malaria, malapraktik dan Mala2 lainnya…ah ga sopan, tp mau gmn lg kata Mala memang identik dgn itu belum lagi dlm pelajaran bhs Arab seringkali teman2ku menerjemahkannya dengan arti” Ma-La-Hayatun:tak ada kehidupan”, lengkap sudahlah…hehehe!

Namun semua itu menjadi tak ada artinya ketika mulai mencari cerita kepahlawanan nama tersebut, sosok yang luar biasa, dan tak ada duanya. Nama lengkapnya Keumalahayati berasal dari kata keumala yang berarti sebuah batu yang indah dan bercahaya, banyak kasiatnya dan mengandung kesaktian. Keumalahayati berasal dari kalangan bangsawan Aceh. Ayah Keumalahayati bernama Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530-1539 M. Adapun Sultan Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530 M), yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam. Kendatipun dirinya hanya seorang wanita, ia juga ingin menjadi seorang pelaut yang gagah berani seperti ayah dan kakeknya. Sepanjang catatan sejarah, tahun kelahiran dan tahun kematian Keumalahayati belum diketahui dengan pasti. Hanya dapat ditafsirkan bahwa masa hidup Keumalahayati sekitar akhir abad XV dan awal abad XVI. Keumalahayati berniat mengikuti karir ayahnya yang pada waktu itu telah menjadi Laksamana. Sebagai seorang anak yang mewarisi darah bahari, Keumalahayati bercita-cita ingin menjadi pelaut yang tangguh. Untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang pelaut, ia kemudian ikut mendaftarkan diri dalam penerimaan calon taruna di Akademi Militer Mahad Baitul Makdis. Berkat kecerdasan dan ketangkasannya, ia diterima sebagai siswa taruna akademi militer tersebut. Pada suatu saat di Kampus Akademi Militer Mahad Baihil makdis tersebut, Keumalahayati berkenalan dengan seorang calon perwira laut yang lebih senior dari dirinya. Perkenalan berlanjut hingga membuahkan benih-benih kasih sayang antara pria dan wanita. Keduanya akhirnya sepakat menjalin cinta asmara, dua tubuh satu jiwa, menyatu dalam cinta, mengarungi bahtera kehidupan yang bergelombang ini bersama-sama untuk menuju pantai bahagia, menikmati indahnya cinta. Setelah tamat pendidikan di Akademi Militer Mahad Baitul Makdis, keduanya akhimya menikah sebagai suami-istri yang bahagia. Sejarah akhirnya mencatat, bahwa pasangan suami-istri alumni dari Akademi Militer ini menjadi Perwira Tinggi Angkatan Laut Aceh yang gagah berani dalam setiap pertempuran laut melawan armada Portugis.

Sebagai seorang perwira muda lulusan Akademi Militer Baitul Makdis di Aceh dan memiliki prestasi pendidikan yang sangat memuaskan, Keumalahayati memperoleh kehormatan dan kepercayaan dari Sultan Alaiddin Riayat Syah Al Mukammil (1589- 1604), diangkat menjadi Komandan Protokol lstana Darud-Dunia dari Kerajaan Aceh Darussalam. Jabatan sebagai Komandan Protokol lstana bagi Keumalahayati adalah merupakan jabatan yang tinggi dan terhormat. Jabatan tersebut sangat besar tanggung jawabnya, karena di samping menjadi kepercayaan Sultan, juga harus menguasai soal etika dan keprotokolan sebagai mana lazimnya yang berlaku di setiap istana kerajaan di manapun di dunia. Pada saat suaminya gugur dalam peperangan melawan Portugis, Keumalahayati lalu mengajukan perrnohonan kepada Sultan Al Mukammil untuk membentuk armada Aceh yang prajurit-prajuritnya semua wanita-wanita janda, yang suami mereka gugur dalam pertempuran Teluk Haru. sekitar Teluk Krueng Raya itulah Laksamana Keumalahayati membangun benteng Inong Balee yang letaknya di perbukitan yang tingginya sekitar 100 meter dari permukaan laut. Tembok yang menghadap laut lebarnya 3 meter dengan lubang-lubang meriam yang moncongnya mengarah ke pintu Teluk. Benteng yang dalam istilah Aceh disebut Kuta Inong Balee (Benteng Wanita Janda) tersebut, hingga sekarang masih dapat kita saksikan di Teluk Krueng Raya, dekat Pelabuhan Malahayati. Keumalahayati adalah seorang wanita Aceh pertama yang berpangkat Laksamana (Admiral) Kerajaan Aceh dan rnerupakan salah seorang pemimpin armada laut pada masa Pemerintahan Sultan Alaiddin Riayatsyah Al Mukammil (1589-1604) yang populer disebut dengan Sultan Al Mukammil saja.

Keumalahayati bukan hanya sebagai seorang Laksamana dan Panglima Armada, Angkatan Laut Kerajaan Aceh, tetapi la juga pemah menjadi Komandan pasukan Wanita Pengawal Istana. lebih dari itu ia juga seorang diplomat dan juru runding yang handal. Hal ini telah dibuktikan dengan berbagai pengalaman dalam praktek menghadapi counter part-nya dari Belanda maupun lnggris. Sebagai seorang militer, Keumalahayati tegas dan disiplin tinggi, tetapi dalam menghadapi perundingan, la bersikap luwes tanpa mengorbankan prinsip. Bersama Darmawangsa, Keumalahayati menghadapi serangan Portugis. Pertempuran sengit di perairan Aceh pun terjadi. Berkat kecakapan dan kegigihan Laksamana Keumalahayati dan Darmawangsa, akhirnya pasukan Portugis berhasil dihancurkan. elanjutnya mengenai kematian Laksamana Keumalahayati belum dapat diketahui karena memang belum ada data atau petunjuk yang menerangkan kematiannya. Walaupun kelahiran dan kematiannya masih menjadi misteri, namun sepak terjang dan kepahlawanannya pantas dicatat dalam lembaran sejarah Aceh dengan tinta emas.
Itulah sekelumit cerita tentang sosok “Malahayati”, tak lengkap memang karena bila diceritakan semua, bakalan panjang catatannnya, kawan2 bisa melihatnya lbh lengkap di www.acehpedia.com

Akhirnya kalimat yang menyatakan “apalah arti sebuah nama” bagiku serasa tak sesuai karena dengan nama itu aku merasa berarti, sangat jelas bahwa “Malahayati” sang pahlawan sangat jauh berbeda dengan “Malahayati” sang penulis catatan iseng ini, hehehe, tapi paling tidak semangat kepahlawanannya bisa menjadi inspirasi, motivasi atau referensi apa sajalah yang bisa menjadikanku orang yang lebih baik dan berarti, aku tak tau seperti apa orang mengenaliku atau menilaiku, karena rasanya hampir tak ada hal membanggakan yg bisa aku ceritakan dari diriku, tapi aku ingin tetap semangat menjalani hidupku, dan menjadi diriku sendiri…

“ Terima Kasih Ayah, Bunda telah memberiku nama yang Indah dan membanggakan itu” karena itu dengan sedikit narsis saya ingin berkata “My Name Is Malahayati”

Seperti syair lagu Iwan Fals…

Dia Perempuan Keumala
Alam semesta restui
Lahir jaya berjiwa baja
Laksamana Malahayati
Perempuan ksatria negeri

2 komentar:

Anonim mengatakan...

wah..saya juga keumala...
hehe... :D

Nisa mengatakan...

Lagi nyari arti nama Keumala karena calonku pengen ngasih nama anak perempuan kami dg nama itu. Ternyata artinya bagus, sosok di balik nama itu juga luar biasa :)

Posting Komentar