Kamis, 07 Oktober 2010

Story About "GITA"



Sebut saja namanya gita, aku mengenalnya dua tahun lalu saat dia bersekolah di SMA tempatku bertugas sebagai guru. Wajahnya manis perawakannya kecil dan sangat lincah baik dalam bergaul juga ketika berbicara. Pertama kali bertemu dengannya saat aku masuk ke kelas X dan memperkenalkan diriku sebagai wali kelas, dia memang langsung menarik perhatianku karena mulutnya tak mau berhenti bicara, setiap aku bicara dia selalu menimpali dengan gaya centilnya yang khas, awalnya aku merasa biasa saja tapi lama-lama aku tak tahan juga, karena itu aku memintanya agar tidak terlalu banyak bicara, dengan cara yang halus aku menegur “Gita, kalau kamu yang ngomong terus, kapan dong temanmu yang lain dapat giliran ngomong?”, dia pun menurut, tapi tak lama kemudian dia mulai bersuara lagi, akupun mengalah dan membiarkannya hingga waktu berakhir.


Sebulan telah berlalu, proses pembelajaran mulai berjalan dengan teratur, sebagai wali kelas akupun senantiasa mengontrol kegiatan anak waliku utamanya kedisiplinan mereka ketika belajar dan bersikap. Seiring perjalanan waktu aku mulai mendapatkan laporan tentang Gita dari beberapa guru yang pernah mengajar di kelasku, apalagi kalau bukan karena cerewetnya yang tidak bisa berhenti, bahkan seorang guru pernah marah dan meninggalkan kelas, mungkin karena dia menganggap Gita tak mau mendengar dan membantah. Untuk pertama kalinya aku memanggil Gita ke kantor dan menasehatinya agar mengontrol sikapnya ketika belajar, dia pun mengiyakan masih dengan gayanya yang centil. Gita mulai berubah tapi ternyata belum sepenuhnya, dia memang mulai tidak banyak bicara, tapi dengan memilih-milih guru, kalau aku yang ngajar atau gurunya agak galak dia bersikap manis, tapi kalau gurunya agak lemah dia mulai berulah.


Suatu hari saat aku baru saja habis ngajar di kelas XI IPA, seorang guru datang kepadaku dengan membawa sebatang rokok, dan yang paling mengagetkanku, ada Gita di sampingnya, huff…aku mulai resah, Gita berulah lagi pikirku dan ini sangat fatal, dia kedapatan merokok di WC belakang sekolah bersama dua orang teman lelaki kakak kelasnya. Pelanggaran in jelas sangat fatal karena sekolahku adalah sekolah Islam yang sangat mengutamakan akhlakul karimah dalam bersikap, merokok? Murid perempuan? Selama beberapa tahun aku mengajar baru kali ini ada kejadian seperti ini, seorang murid perempuan merokok, akupun mulai memprosesnya, kutanya dia “mengapa kamu merokok?” dia menjawab “ saya lagi BeTe Bu!” dan dari ceritanya sepertinya ini bukan pertama kalinya dia merokok, aku lalu meminta no hp orang tuanya agar aku bisa menjelaskan pada mereka kasus ini, dia pun memberikan. Keesokan harinya aku mencoba menelpon orang tuanya dan saat tersambung kudengar suara “maaf ibunya lagi keluar dan ayahnya sedang bekerja dan belum pulang”, aku berpikir, rasanya suara yang menjawab tidak begitu meyakinkan dan seperti anak SMA, aku mulai curiga dan menutup pembicaraan, lalu aku berjalan ke kelas Gita dan mencoba nomor itu kembali, dari jarak yang tidak begitu jauh dan terlindung di balik pintu, ku liat Gita mengangkat Hp dan menjawab telpon, saat itulah aku langsung masuk dan mengambil hpnya dengan sangat marah karena merasa dikerjai oleh Gita. Tapi aku tak kehabisan akal, ku buka kembali buku biodata anak waliku dan mencari no yang bisa aku hubungi, dan”Yes” aku mendapatkannya, lalu kucoba hubungi dan yang mengangkat adalah neneknya, kujelaskan dan kuminta agar datang ke sekolah.akhirnya aku, Gita dan keluarganya membuat suatu perjanjian agar dia tak mengulangi perbuatannya itu.


Ujian mid semester telah berlalu, selama beberapa bulan keaadan cukup tenang, hingga suatu hari aku menemukan kalau Gita mulai sering bolos sekolah tanpa alasan yang jelas, menurut seorang temannya dia sering dijemput oleh seorang laki-laki di gerbang sekolah, aku tak langsung mempercayainya dan saat Gita kebetulan hadir di sekolah, aku langsung memanggilnya. Dia tak mengaku tapi setelah aku ancam akan melaporkan pada pamannya (kebetulan dia sangat takut pada pamannya) dia langsung mengaku dan berjanji tidak akan bolos lagi dan aku mempercayainya, karena dia memang kembali rajin bersekolah.


Seminggu setelahnya kembali aku dikejutkan oleh ulah Gita, kali ini dia dilaporkan oleh orang-orang yang tinggal di kompleks sekolah bahwa pada hari minggu setelah les dia didapati berduaan dengan seorang lelaki dan terdapat minuman keras bersamanya, dan yang paling parah saat didapati dia sedang maaf “berciuman”…hhufffff…aku betul-betul jengah, emosiku meledak dan sangat marah padanya, kembali aku proses dan kali ini guru BP aku libatkan, karena rasanya tak sanggup lagi menghadapi kenakalannya, Gita pun diancam akan dikeluarkan dari sekolah, tapi aku tak setuju karena dalam hatiku selalu ada pertanyaan yang mengganjal, mengapa anak ini begitu nakal ada apa dengannya?bagaimana dengan keluarganya? Berdua dengan guru BP aku menginterogasinya dengan sangat tegas, Gita pun menangis dan memohon agat diampuni dan tidak dikeluarkan, jujur saja aku sangat kasihan padanya hingga aku berdiri dan mendekatinya, sepertinya Gita mengira aku akan memukulnya, tapi yang kulakukan adalah membelai kepala dan memeluknya, tangisan Gita pun semakin keras dan memelukku makin erat sembari memohon ampun, aku jadi ikut sedih dan meminta agar pihak sekolah mengampuninya.


Setelah kejadian itu, aku lalu merenung dan berpikir keras, apa yang bisa kulakukan agar anak ini bisa lebih baik, lalu kuputuskan mencari rumahnya dengan bantuan seorang murid yang kebetulan tetangga dengannya, dan setelah mencari dan bertemu dengan neneknya aku mulai mengerti mengapa Gita selalu bermasalah. Gita anak pertama dari enan bersaudara, ibunya seorang guru honor dan ayahnya kerja sambilan di pasar, Gita tinggal bersama nenek dan saudara ibunya, ayahnya sangat keras dan pemarah, pamannya juga cukup emosional dan selalu memukuli Gita bila dia berulah, itulah mengapa dia takut bila kusebut nama pamannya, sepertinya dia begitu terbebani karena adiknya yang banyak dan dia harus membantu mengurusnya, belum lagi dia hidup terbiasa dengan kekerasan, aku lalu menemui ibunya dan ngobrol tentang Gita, salah satu masalahnya adalah Gita begitu dimanjakan oleh neneknya, hingga dia sering membantah orang tuanya.


Gita mulai dekat denganku setelah tahu kalau aku telah mengunjungi rumahnya dan bertemu keluarganya, dia sangat patuh padaku, termasuk ketika dia bertengkar dengan teman sekelasnya dan aku menyuruhnya agar diam dan tak memukul dia pun sangat menurut, akupun sangat memperhatikannya karena kuanggap dia harus aku bantu agar bisa lebih baik dari sebelumnya, hingga anak-anak waliku yang lain mulai kesal dan menganggapku pilih kasih, aku berusaha memberikan pengertian tapi mereka tetap kesal, apalagi bila melihatku sesekali mengantar Gita pulang ke rumahnya pulang sekolah, itu aku lakukan karena takut dia tak sampai ke rumahnya dan pergi ke tempat yang tidak jelas, hingga suatu hari aku kembali terkejut ketika neneknya datang dengan berurai air mata dan menceritakan kalau Gita sudah empat hari tak pulang ke rumah, aku memang sempat tak memperhatikan keadaan Gita selama beberapa hari karena sibuk kuliah, neneknya meminta bantuanku agar bisa menemukan Gita dan membawanya pulang. Akupun mulai bergerilya mencari informasi kemana saja, teman sekelas juga sampai pacarnya karena kebetulan aku juga tahu orangnya, hingga kutemukan no hp pacarnya dan menanyakan tentang Gita, awalnya dia mengelak, tapi aku mengancam akan melaporkannya ke polisi dan berbicara dengan keluarganya. Esoknya aku menerima telepon dan aku mengenal suara itu ‘Gita” pikirku, dengan cemas dia minta tolong padaku agar di antar pulang ke rumahnya karena takut dipukuli, aku mengiyakan meski saat itu kondisiku sedang sakit. Lalu kuantar dia, dan saat ditanya mengapa dia lari, Gita menjawab kalau dia kesal karena tak dibelikan motor, jujur saja aku agak curiga, kurasa ada yang tak beres, dan beberapa hari setelahnya aku ditelpon ibunya dan kecurigaanku mulai terjawab “Gita hamil” aku terduduk lemas, sedih dan juga prihatin, sangat kusayangkan akhirnya harus begitu, tapi nasi telah jadi bubur, semuanya telah terjadi. Aku hanya menyarankan pada ibunya agar tenang dan menyelesaikan masalah dengan baik. Lalu aku menerima undangan pernikahan, aku datang dan mendampinginya mulai dari akad sampa pesta pernikahannya, aku tetap memberinya semangat dan membesarkan hatinya berharap setelah semua yang telah dia alami, dia bisa menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, karena kadang-kadang kita harus melewati jalan yang penuh kerikil tajam untuk sampai pada jalan yang lebih baik. Sudah hampir setahun aku tak bertemu dengannya, kabarnya pun aku tak tahu terakhir kudengar dia telah melahirkan, tapi aku berharap Gita baik-baik saja.


Dia memang sering merepotkanku dengan ulahnya dan membuatku emosi, tapi aku juga banyak belajar darinya tentang kesabaran dan berusaha tidak hanya melihat Gita dari luarnya tapi berusaha mengenalinya lebih jauh, karena saat kita mengenali orang dengan baik, kita akan memahami dan memperlakukannya dengan baik, cerita ini aku tulis bukan untuk dipamerkan atau hal negatif lainnya, aku hanya ingin berbagi kisah dan hikmah pada kalian para pendidik, bahwa sebagai seorang guru, kita harus bekerja keras untuk mendidik murid-murid kita, jangan dengan cepat memarahi atau menyalahkan mereka, berusahalah mengenali mereka lebih dekat hingga kita bisa memahami dan menyelesaikan persoalan mereka….”untuk Gita: apa yang telah kau alami bukanlah hal yang mudah, tapi semoga kau bisa belajar menjalani hidup dengan lebih baik, paling tidak mendidik anakmu menjadi anak yang baik, apapun dirimu, ibu tetap mencintaimu”


Catatan: nama adalah samaran, tapi ceritanya adalah pengalaman pribadi sang penulis selama mengajar, masih ada kisah-kisah lainnya yang akan menyusul, semoga kita bisa tetap semangat dan berusaha menjadi pendidik yang sabar, kreatif dan tidak mudan menyerah “SELAMAT HARI GURU”….

0 komentar:

Posting Komentar